Enam Kunci dalam Menuntut Ilmu
Tanggal : 20/03/25 | Kategori : Berita
Tidak terasa bulan suci Ramadhan kembali hadir membawa berkah dan kesempatan untuk meningkatkan ibadah dan mempererat kebersamaan. Para peserta didik pun memanfaatkan momen istimewa ini dengan beragam aktivitas yang bermanfaat. Mulai dari Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), Penilaian Tengah Semester, hingga kegiatan keagamaan yang mengisi hari-hari mereka di bulan mulia ini.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, Ramadhan 1446 H kembali diwarnai dengan penyelenggaraan Pesantren Ramadhan. Kegiatan ini menjadi salah satu momen yang ditunggu-tunggu oleh para siswa karena tidak hanya menambah wawasan agama, tetapi juga memperkuat nilai-nilai spiritual dan kebersamaan.
Kegiatan berlangsung selama kurang lebih 2 hari mulai dari tanggal 18 Maret, hingga selesai pada tanggal 20 Maret 2025 setelah kegiatan Penilaian Tengah Semester/Sumatif Tengah Semester Genap selesai. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh peserta didik kelas 7, 8, dan 9.
Kegiatan berlangsung mulai pukul 15:00 waktu setempat, dimana pada hari pertama, adalah giliran bagi peserta didik putra dan pada hari kedua adalah giliran peserta didik putri. Pengisian diisi oleh beberapa guru dan ulama di lingkungan MTs Filial Al Iman Adiwerna dan diselingi oleh pembacaan ayat suci Alqur’an pada waktu menjelang maghrib dan setelah shalat isya.
Dalam sebuah ceramah, ustadz Saefudin Zuhri, S.Pd.I, memberikan petuah singkat kepada peserta didik. Dimana kali ini beliau menjelaskan mengenai pentingnya tata cara dalam menuntut ilmu. Ilmu, meskipun sering dipelajari, tidak serta merta dapat memberikan tuntunan dan manfaat bagi penuntut ilmu. Jika dilakukan tanpa tata cara yang baik, maka ilmu hanya akan masuk ke telinga kanan, dan masuk ke telinga kiri, sia-sia.
Dijelaskan bahwa ada enam adab atau kunci dalam menuntut ilmu, sebagaimana juga pernah diberikan oleh Imam Syafi’i.
Kunci pertama adalah Belajar. Belajar merupakan usaha manusia dalam rangka menuntut ilmu. Dalam belajar pun tidak hanya sekedar belajar, melainkan juga melatih agar kecerdasan baik intelektual, emosional, maupun spiritual dapat meningkat. Dengan belajar, kita tidak hanya memperkaya pengetahuan, tetapi juga membentuk pribadi yang lebih bijak, tangguh, dan berempati. Proses ini membantu kita untuk menjadi individu yang lebih siap menghadapi tantangan kehidupan, sekaligus terus mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Kunci kedua adalah semangat. semangat adalah nyawa dari setiap langkah belajar kita. Namun, semangat saja tidak cukup. Harus ada niat yang tulus, yaitu meraih ridha Allah SWT.Ketika kita meyakini bahwa ilmu adalah bagian dari ibadah, belajar menjadi lebih dari sekadar aktivitas. Itu adalah panggilan suci untuk mendekat kepada-Nya. Dengan keyakinan ini, semangat kita akan tetap menyala meskipun menghadapi berbagai rintangan. Tantangan yang ada justru menjadi peluang untuk belajar lebih banyak dan tumbuh lebih kuat.
Kunci ketiga, sabar dalam menghadapi kesulitan. Dalam belajar tentu saja tidak semua dapat dipelajari begitu saja. Ada begitu banyak hal yang sangat sukar dan tidak mudah untuk dimengerti. Tanpa adanya kesabaran dalam menuntut ilmu maka semakin sulit sesorang dalam menuntut ilmu. Kesabaran/kesungguhan hati dalam belajar adalah bentuk ibadah yang sangat mulia. Dalam ajaran Islam, usaha yang sungguh-sungguh akan mendapatkan balasan berupa kemudahan dan keberkahan dari Allah SWT. Dengan kesabaran dan tekad yang kokoh, setiap rintangan dalam belajar dapat diubah menjadi jalan menuju ilmu yang bermanfaat.
Kunci keempat, adalah memiliki harta/uang. Dalam menuntut ilmu, tidak sedikit orang yang terkendala dalam belajar karena keterbatasan ekonomi atau masalah kesehatan. Kecukupan harta dalam hal ini sangat penting untuk memberikan ketenangan dan fokus bagi mereka yang ingin belajar tanpa khawatir tentang kebutuhan dasar mereka dalam menuntut ilmu. Kecukupan ini juga dapat berupa kitab, buku, dan sumber belajar lainnya. Namun, meskipun hidup dalam keterbatasan, Allah SWT selalu memberikan jalan bagi mereka yang bersungguh-sungguh dan ikhlas dalam mencari ilmu. Keikhlasan dan usaha yang tulus akan membawa keberkahan dan kemudahan dari-Nya.
Kunci kelima, adalah mengikuti nasihat dari guru. Seperti yang diterangkan dalam hadits dan syair Imam Syafi’i, ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang diperoleh melalui bimbingan seorang guru. Guru memberikan arahan, menjelaskan hal-hal yang tidak kita pahami, dan membantu kita untuk menghindari kesalahan dalam memahami ilmu. Dan sebagai pelajar pun harus menghormati dan mematuhi perintahnya selama bukan perintah untuk maksiat. Hal tersebut sangat erat kaitannya dengan keberhasilan pelajar dalam mencari ilmu.
Dan kunci terakhir, adalah waktu yang lama. Untuk menjadi alim (ahli ilmu), tidak ada jalan instan. Banyak proses yang harus dilewati dengan kesabaran dan ketekunan. Seperti yang dikatakan oleh Imam Al-Baihaqi, “Ilmu tidak akan mungkin didapatkan kecuali dengan kita meluangkan waktu.” Hal ini menegaskan bahwa kesediaan meluangkan waktu adalah kunci untuk memperoleh ilmu yang berharga.
Demikian ceramah yang disampaikan oleh beliau, sekaligus menutup kegiatan Pesantren Ramadhan tahun 1446 H, pada hari Kamis (20/3) pagi ini.
Semoga kegiatan Pesantren Ramadhan pada tahun 1446 H, dapat memberikan dampak positif, tidak hanya bagi para siswa tetapi juga bagi seluruh komunitas madrasah. Harapan kami, semangat Ramadhan ini tetap terjaga sepanjang tahun, sehingga menjadi fondasi dalam menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berakhlak mulia.
Amin ya rabbal ‘alamiin.